Posted by : Unknown
Selasa, 12 November 2013
Nama : Respati
Agung Prabowo
Kelas : 1PA13
NPM : 17513429
MATERI 8
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
DAN IDEOLOGI
Setiap
manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati, Karena
itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa
arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan,, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau
pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman
sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan
demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul sekita atau dalam waktu yang
singkat saja, melainkan melalui proses waktu lama dan terus-menerus, sehingga
hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat
diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk
yang disebut pandangan hidup.
Pandangan
hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam:
1.
Pandangan
hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya.
2.
Pandangan
hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang
terdapat pada negara tersebut.
3.
Pandangan
hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Pandangan hidup pada dasamya mempunyai unsur-unsur yaitu;
Pandangan hidup pada dasamya mempunyai unsur-unsur yaitu;
a. Cita-cita
b. Kebajikan
c. Usaha
d. Keyakinan / kepercayaan
Keempat unsur
ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita-cita adalah
apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.
Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang
membuat manusia makmur, bahagia, damai, tenteram. Usaha atau perjuangan adalah
kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur
dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Cara manusia
memandang dan mensikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari
beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal
dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau
lainnya. Luasnya spektrum pandangan manusia tergantung kepada faktor dominan
yang mempengaruhinya. Cara pandang yang bersumber pada kebudayaan memiliki
spektrum yang terbatas pada bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan itu.
Dalam tradisi
Islam klasik terma khusus untuk pengertian worldview belum diketahui, meski
tidak berarti Islam tidak memiliki worldview. Para ulama abad 20 menggunakan
terma khusus untuk pengertian worldview ini, meskipun berbeda antara satu
dengan yang lain. Maulana al-Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat
(Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-TaÎawwur al-IslamÊ
(Islamic Vision), Mohammad AÏif al-Zayn menyebutnya al-Mabda’ al-IslÉmÊ
(Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul Islam lil
wujËd (Islamic World view).
Meskipun
istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat
bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.
Penggunaan kata sifat Islam menunjukkan bahwa istilah ini sejatinya adalah
netral. Artinya agama dan peradaban lain juga mempunyai Worldview, Vision atau
Mabda’, sehingga al-Mabda’ juga dapat dipakai untuk cara pandang komunis
al-Mabda’ al-Shuyu’i, Westem worldview, Christian worldview, Hindu worldview
dll. Maka dari itu ketika kata sifat Islam diletakkan didepan kata worldview,
Vision atau Mabda’ maka makna etimologis dan terminologis menjadi berubah.
Penjelasan dari istilah menunjukkan akan hal itu.
Menurut
al-Mauwdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat (worldview) pandangan hidup yang
dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan
kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pemyataan moral yang
mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.
Shaykh Atif
al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan yang rasional)
yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada hakekat
wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal. Iman
kepada hal-hal yang ghaib itu berdasarkan cara penginderaan yang diteguhkan
oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai Din
yang diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.
Sayyid Qutb
mengartikan al-tasawwur al-Islami, sebagai akumulasi dari keyakinan asasi yang
terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus
tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu.
Bagi Naquib
al-Attas worldview Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran
yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud; oleh karena
apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka worldview Islam berarti
pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud).
Pandangan-pandangan
diatas telah cukup baik menggambarkan karakter Islam sebagai suatu pandangan
hidup yang membedakannya dengan pandangan hidup lain. Namun, jika kita kaji
keseluruhan pemikiran dibalik definisi para ulama tersebut, kita dapat beberapa
orientasi yang berbeda. Al-Maududi lebih mengarahkan kepada kekuasaan Tuhan
yang mewamai segala aktifitas kehidupan manusia, yang berimplikasi politik.
Shaykh Atif al-Zayn dan Sayyid Qutb lebih cenderung mamahaminya sebagai
seperangkat doktrin kepercayaan yang rasional yang implikasnya adalah ideologi.
Naquib al-Attas lebih cenderung kepada makna metafisis dan epistemologis.
(dikutip dari http://pondokshabran.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=17)
Ideologi
adalah gabungan antara pandangan hidup yang meruupakan yang merupakan ninilai –nilai yang telah
mengkristal dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang memiliki nilai-nilai
falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa, selain itu, Idiologi adalah
merupakan hasil reflesi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi
terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu yang bersifat dialektis antara
idiologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat idiologi semakin
realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal.
Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun jugamembentuk masyarakat menuju
cita-citanya. (dikutip dari http://one.indoskripsi.com/node/1439)
B. CIT A-CIT A
Menurut kamus umum Bahasa
Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu
ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang
mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita
merupakan.pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang.
Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin
tinggi, dengan perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan
tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu
tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut
angan-angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehingga
usaha untuk mewujudkan cita-cita itu tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang
anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin
berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu
baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang
yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita
terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal
itu bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki
cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang
dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang
mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak
berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal
demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi
sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan
kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin
mencapai apa yang dicita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan
dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
Faktor kondisi yang
mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang
menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi
yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat
merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita, Misalnya sebagai
bcrikut:
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas,
keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang yang cukup kaya,
sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan. Malahan dapat
dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang
menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi
yang orang tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya.
Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan bagi Budi dalam mencapai
cita-citanya.
C.
KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik, karena
menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara
hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri
atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia meninggal. Karena
merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri
sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya. Justru karena itu,
karena mementingkan diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia
merupakan mahluk sosial: manusia hidup bermasyarakat,manusia saling
membutuhkan, saling menolong,saling menghargai sesama anggota masyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,dan
sebagainya. Manusia sebagai mahluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat
berekembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan
rohani juga fasilitas alam sekitamya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat
dari tiga segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota
masyarakat,dan manusia sebagai mahluk Tuhan.
Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat menentukan
sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara
hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak seseorang
untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan,tindakan atau
tingkah laku. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab
itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya
orang tahu, bahwa membunuh itu buruk, jahat: suara hatinya mengatakan demikian,
namun manusiakadang-kadang tak mendengarkansuara hatinya.
Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu
mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karena itu, kalau
seseoraang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka orang
tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau bertindak menurut suara
hati, maka tindakan atau perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya perbuatan atau
tindakan berlawanan dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu
buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita
itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka kita membuat kebajikan. Sebaliknya,
apabila hati kita berkata demikian,namun kita hanya seolah-olah tak
mendengarkan suara hati itu, maka munafiklah kita.
Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang
juga terikat dengan suara masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan
pribadi-pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah
kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana suara
hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginkan yang baik,maka masyarakat yang
terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya juga menginginkan yang
baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi pasti suara hatinya
juga menginginkan yang baik untuk kehidupan masyarakatnya. Sebab itu jika
benar-benar berdasarkan pada suara hati anggota-anggotanya. Suara hati
masyarakat pada dasamya adalah baik. Misalnya, warga disuatu daerah menghendaki
kerja bakti dengan mengadakan pembersihan saluran air di kampung. Bila kita
ikut beramai-ramai kerja bakti, berarti kita mengikuti suara hati masyarakat,
kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak mengikutinya berarti kita tidak mau
mengikuti suara hati masyarakat.
Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi
kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi
kepentingan umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang
didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian, seseorang harus tunduk kepada apa
yang baik bagi masyarakat umum.
Contoh:
Budi
tidak setuju jalan di depan rumahnya diperlebar, karena harus memotong bagian
depan rumahnya. Tetapi masyarakat kampung mengusulkan dan telah disetujui jalan
itu harus diperlebar demi keamanan. Akhimya karena desakan seluruh warga,
dengan sangat terpaksa Budi menyetujuinya.
Jadi baik atau buruk itu dilihat menurut suara hati
sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat
umum. Disini tidak berarti bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu di
atas segala-galanya, sehingga suara hati, pendapat atau kepentingan
pribadi-pribadi diperkosa begitu saja.
Sebagai mahluk Tuhan, manusia pun harus mendengarkan
suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan
mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi,untuk mengukur perbuatan baik
buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan
berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya.
Baik-buruk, kebajikan dan ketidakbijakan menimbulkan
daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan
dan ketidakbajikan. Namun ada pula kebajikan semua, yaitu kejahatan yang
berselubung kebajikan. kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya
orang-orang munafik, yang bermaksud meneari keuntungan diri sendiri.
Kebajikan manusia nyata dan dapat dirasakan dalam
tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka
setiap orang memiliki tingkah laku sendin-sendiri, sehingga tingkah laku setiap
orang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap
orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan
pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang
diturunkan atau dipusakai oleh orang tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara
sekandung tidak memiliki pembawaan yang sama? Hal itu disebabkan, karena
sel-sel benih yang mengandung faktor-faktor penentu (determinan) berjumlah
sangat banyak: pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam
sehingga menghasilkan anak yang bermacam-macam juga (prinsip variasi dalam
keturunan). Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah
rata-rata, yaitu sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara
sekandung (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau pembuahan itulah
terjadi pembentukan temperamen seseorang.
Faktor kedua yang menentukan tingkah laku seseorang
adalah Iingkungan (environ ment). Lingkungan yang membentuk seseorang
merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang anak lahir (masa
pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama).
Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga orang tua maupun anak -anak yang lebih
tua merupupakan panutan seseorang, sehingga bila yang dianut sebagai teladan
berbuat yang baik-baik, maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya akan
baik juga. Dalam lingkungan sekolah yang menjadi panutan utama adalah guru,
sementara itu teman-teman sekolah ikut serta memberikan andilnya. Dalam
lingkungan sekolah tokoh panutan seorang anak sudah memiliki posisi yang lebih
luas dibandingkan dengan dalam keluarga. Pembentukanpribadi dalam sekolah
terjadi pada masa anak-anak atau masa sekolah. Lingkungan ketiga adalah
masyarakat, yang menjadi panutan bagi seseorang adalah tokoh masyarakat dengan
masa setelah anak-anak menjadi dewasa atau duduk di perguruan tinggi. Selain
tokoh-tokoh dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang merupakan person,
kepribadian seorang anak juga memperoleh pengaruh dari benda-benda atau
peralatan dalam lingkungaan tersebut yang merupakan non person. Karena itu dalam
pembentukan kepribadian pada umumnya anak-anak kota lebih trampil dibandingkan
dengan anak pedesaan, namun dalam hubungan bermasyarakat lebih-lebih yang
berjenjang anak-anak dari daerah pedesaan lebih unggul. Faktor ketiga yang
menentukan tingkah laku seseorang adalah pen gala man yang khas yang pemah diperoleh.
Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis yang
sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan
sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan. Mungkin sekali bahwa
berdasarkan hati nurani seseorang mau menolong orang dalam kesusahan, tetapi karena
pemah memperoleh pengalaman pahit waktu mau menolong seseorang sebelumnya, maka
niat baiknya itu tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup
dari pengalaman inilah yang merupakan pembentukan budaya dalam diri seseorang.
Dalam prakteknya, dari ketiga faktor diatas. yaitu
hereditas, lingkungan, dan pengalaman. manakah yang paling dominan? Sulit
diberikan jawaban, karena ketiga-tiganya terjalin erat sekali. Disamping itu
ketiga faktor tersebut dalam membentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya
dengan pembentukan pada pribadi lain.
D.
USAHA / PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan
cita-cita. Setiap manusia hams kerja keras untuk kelanjutan hidupnya, Sebagian
hidup manusia adalah usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat
manusia. Tanpa usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempuma. Apabila
manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras. Apabila seseorang
bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta memenuhi
semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu
maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Para ilmuwan lebih
banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada dengan jasmaninya. Sebaliknya
para buruh, petani lebih banyak menggunakan jasamani daripada otaknya. Para
tukang dan para ahli lebih banyak menggunakan kedua-duanya otak dan jasmani daripada
salah satunya. Para politisi lebih banyak kerja otak daripada jasmani.
Sebaliknya para prajurit lebih ban yak kerja jasmani daripada otak.
Kerja keras
pada dasamya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sebaliknya pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan berarti menjatuhkan
harkat dan martabatnya sendiri. Karma itu tidak boleh bermalas-malas, bersantai-santai
dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur waktunya
itu.
Dalam agama pun
diperintahkan untuk kerja keras. Sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad
S.A.W. yang ditujukan kepada para pengikutnya: ”Bekerjalah kamu seakan-akan kamu
hidup selama-lamanya. dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat II: “sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri”. Dari hadist dan firman ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja
keras untuk mempenbaiki nasibnya sendiri.
Untuk bekerja keras
manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul
perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan
itu terbatas pada fisik dan keahlian/ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik
lemah memperoleh hasil sedikit, keterampilan akan memperoleh penghasilan lebih
banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai keterampilan/ keahlian.
Karena itu mencari ilmu dan keahlian /keterampilan itu suatu keharusan. Sebagaimana
dinyatakan dalam ungkapan sastra: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “long life education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas
kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia. maka ketidakmampuan atau kemampuan
terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama
secara tolong menolong, bergotong-royong. Apabila sistem ini diangkat ke
tingkat organisasi negara,maka negara akan mengatur usaha/ perjuangan warga negaranya
sedemikian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga
negara dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pendangan hidup/ ideologi yang dianut oleh suatu negara.
E.
KEYAKINAN/
KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan
hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun
Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran
intelektualisme, dan aliran gabungan.
1.
Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib
yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari
Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi.
Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya. secara mutlak
dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai alam ini, karena
manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang
menentukan .
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada
Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah
keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi
yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi
kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaranTuhan yaitu agama. Ajaran agama itu ada
dua macam yaitu:
a.
Ajaran agama
dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang
dogmatis bersifat mutlak (absolut),terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan
Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
b.
Ajaran agama dari
pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas).
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama termasuk kebudayaan, terdapat dalam
buku-buku agama yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Apabila aliran naturalisme ini dihubungkan dengan
pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bennula dan Tuhan. Jadi, pandangan hidup
dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya Manusia yakin bahwa kebajikan
itu diridhoi oleh Tuhan. pandangan hidup yang dilandasi keyakinan bahwa Tuhanlah
kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup religius
(keagamaan).
Sebaliknya, apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan,
natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu bermula dan kekuatan natur.
Pandangan hidupnya dilandasi oleh kekuatan natur. Manusia yakin bahwa kebajikan
adalah kebajikan natur. Pandangan hidup yang dilandasi oleh kekuatan natur sifatnya
atheisme. Ini disebut pandangan hidup komunis.
2.
Aliran intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika/ akal. Manusia
mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah
yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin
bahwa dengan kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses.
Dengan akal diciptakan teknologi. Teknologi adalah alat bantu mencapai
kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan
dengan hati nurani.
Akal berasal dan bahasa Arab, artinya kalbu, yang
berpusat di hati, sehingga timbul istilah “hati nurani”, artinya daya rasa Di
Barat hati nurani ini menipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir,
Karena itu aliran ini banyak dianut di kalangan Barat di Timur orang mengutamakan
hati nurani,yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup,
maka keyakinan manusia ito bennula dan akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi
oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik.
Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan
teknologi). Pandangan hidup ini disebut llberalisme.Kebebasan akal menimbulkan kebebasan
bertingkah laku dan berbuat, walaupun tingkah laku dan perbuatan itu
bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akallebih ditekankan pada setiap
individu. karena itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi tinggi)
dapat menguasai individu yang berpikir rendah (bodoh).
3.
Aliran Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal.
kekuatan gaib aninya kelruatan yang berasal dan Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai
dasar keyakinan. Sedangkan aka! adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya
sesuato. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun
sebagai rasa (hati nurani). Jadi, apa yang benac menurut logika berpikir juga dapat
diterima oleh hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup,
maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat
didasarlcan pada logika berpildr, sedangkan hati nurani dinomor duakan, kekuatan
gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir
tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir
kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan
dan akal, kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti
baik sebagai logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika
berpikir baik secara individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini
disebut sosialime – religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan
menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu
berkat karunia Tuhan.
Apabila kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini
terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika
berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius menenkankan
pada logika berpikir kolektif individual.Pandangan hidup sosialisme
mengutamakan logika berpikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme
religius mengutamakan kedua-duanya logika berpikir dan hati nurani. Pandangan
hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya
sosialisme religius kekuasaan Tuhan begitu menentukan.
F.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN
HIDUP YANG BalK
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau
bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan hidup itu
tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup
itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai
penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan tetapi
yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup
ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat
memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mcncapai tujuan dan cita-cita
dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut:
1.
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan
tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa
itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu
pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan
hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia
itu bel um turun ke dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan
manusia pertama, dan berarti pula mereka mempunyai pandangan hidup yang
digunakan sebagai pedoman dan yang memberi petunjuk kepada mereka.
Sedangkan kita sebagai mahluk yang bemegara dan atau
beragama pasti mempunyai pandangan hidup juga dalam beragama, khususnya Islam,
kita mempunyai pandangan hidup yaitu AI-Qur’an, Hadist dan ijmak Ulama, yang merupakan
satu kesatuan dan lidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
2.
Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah
mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu
sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam
berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana
mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagai yang berpandangan hidup pada
agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu
dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akherat
Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana Al Qur’an, hadist, dan
ijmak itu. Sehingga dengan demikian mempunyai suatu konsep pengertian tentang
pandangan hidup dalam Agama Islam. Mengerti terhadap pandangan hidup di sini
memegang peranan penting. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa
yang terdapat dalam pandangan hidup itu.
3.
Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup
adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu
sendiri.
Menghayati disini
dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalanmya, yaitu dengan
memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa
hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap
lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau
mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hid up
kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
Yang perIu diingat
dalam langkah mengerti dan menghayati pandangan hidup itu, yaitu harus ada. Sikap
penerimaan terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dalam sikap penerimaan pandangan
hidup ini ada dua altematif yaitu penerimaan secara ikhlas dan penerimaaan secara
tidak ikhlas.
Dengan kata
lain langkah mengenai mengerti dan menghayati ini ada sikap penerimaan dan hal
lain merupakan langkah yang menentukan terhadap langkah selanjutnya. Bila dalam
mengerti dan menghayati ini ada penerimaan secara ikhlas,maka langkah
selanjutnya akan memperkuat keyakinannya. Akan tetapi bila sebaliknya langkah selanjutnya
tidak berguna.
4.
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik
secara kemanusiaan, maupun ditinjau dan segi kemasyarakatan maupun negara dan
dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang
telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh
suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan meyakini
berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu.
Adanya sikap menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan untuk selalu
berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu
dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. Dalam meyakini ini penting
juga adanya iman yang teguh. Sebab dengan iman yang teguh ini dia tak akan
terpengaruh oleh pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan dirinya
tersugesti.
Contoh bahwa keyakinan itu penting dalam tingkah laku.
Kita sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu mempunyai sifat
yang malla dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui. Sifat maha
mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat baik, Dalam hal
ini adalah keyakinan yang sebenar-benamya. Akan tetapi dalam kasus tertentu ada
pula orang yang walaupun meyakini, tetapi karena imannya tipis maka terpaksa
melanggar ketentuannya.
5.
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati
dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya
lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan
manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh
pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup
dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
Dampak
berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orang tua
(kedua orang tua). Dalam mengabdi kepada orang tua bila didasari oelh pandangan
hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan dalam
mengikuti segala perintahnya. Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa kita sudah
selayaknya mengabdi kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu dari bayi sampai
dapat berdiri sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik kepada hal yang
baik.
Oleh karena itu
seharusnya mengabdi kepada orang tua kita dengan perwujudannya yang berupa
perbuatan yang menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita untuk tidak
mengabdi kepadanya harus selalu ditumbangkan.
Jadi jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati, dan
meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian. Dan
pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram
Iebih-lebih bila menghadapi hambatan, tantangan dan sebagainya.
6.
Mengamankan
Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah
mengabdikan diri pada suatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu
dan atau mayalahkannya tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk
mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan merasakan bahwa dalam
berpandangan hidup itu dia telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan
langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya sehingga
akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya maka dia pasti akan mengadakan
suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.
Proses mengamankan
ini merupakan langkah terakhir.Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila
belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini.
Langkah yang terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar
membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu
demi tegaknya pandangan hidup itu.
Misalnya
seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnyaa,lalu
suatu ketika dia dicela baik secara langsung ataupun secara tidak langsung,
maka jelas dia tidak menerima celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin merusak
atau bahkan ingin memusnahkan agama Islam baik terang-terangan ataupun secara diam-diam,
sudah tentu dan sudah selayaknya kita mengadakan tindakan terhadap segala sesuatu
yang menjadi pengganggu.