Posted by : Unknown
Sabtu, 05 Oktober 2013
Nama : Respati
Agung Prabowo
Kelas : 1PA13
NPM : 17513429
Manusia dan Kebudayaan
A. PENGERTIAN MANUSIA
Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia adalah mahluk yang luar
biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk
spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika
selalu mengaktivisasikan dirinya.
B. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA
1. Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah peran ataupun fungsi yang harus
dijalankan oleh setiap manusia. Kata manusia berasal dari kata “ manu ”
dari bahasa Sanksekerta atau “ mens ” dari bahasa Latin yang
berarti berpikir, berakal budi, atau bisa juga dikatakan “ homo ”
yang juga berasal dari bahasa Latin. Hal yang paling penting dalam
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dapat dikatakan bahwa manusia
dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan yang lain.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
dengan kedudukan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Berikut
penjelasan yang lebih rinci mengenai makhluk individu dan makhluk sosial.
2.
Kepribadian Bangsa Timur
Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia membutuhkan manusia
lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut benar–benar
dianut oleh masyarakat pada bangsa timur terutama Indonesia. Rasa kebersamaan
yang kuat bisa dibilang sebagai kepribadian bangsa.
Segala sesuatu yang
terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki
masyarakat itu. Di Indonesia banyak sekali kebudayaan dan kepribadianyang ada,
karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku
sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.
Sistem ideologi
yang ada biasanya meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang
berfungsi sebagai pengarahan dan pengikat perilaku manusia atau masyarakat agar
sesuai dengan kepribadian bangsa yang sopan, santun, ramah, dan tidak melakukan
hal – hal yang dapat mencoreng kepribadian bangsa.
Sistem sosial
meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam masyarakat. Sistem teknologi
meliputi segala perhatian serta penggunaanya, sesuai dengan nilai budaya yang
berlaku. Pada saat unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses
migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi
tersebut.
Pada dasarnya
masyarakat daerah timur dengan contoh Indonesia, sangat terbuka dan toleran
terhadap bangsa lain, tetapi selama masih sesuai dengan norma, etika serta adat
istiadat yang ada di Indonesia.
Pada umumnya
unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan
kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan
sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : Handphone,
komputer, dan lain–lain. Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit
diterima adalah misalnya :
a.
Unsur-unsur yang menyangkut
sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
b.
Unsur-unsur yang dipelajari
pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan
pokok suatu masyarakat.
c.
Pada umumnya generasi muda
dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan
asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap
sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
d.
Suatu masyarakat yang terkena
proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau
bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor
yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya :
a.
Terbatasnya masyarakat memiliki
hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari
luar masyarakat tersebut.
b.
Jika pandangan hidup dan nilai
yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
c.
Corak struktur sosial suatu
masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem
otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
d.
Suatu unsur kebudayaan diterima
jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya
unsur kebudayaan yang baru tersebut.
e.
Apabila unsur yang baru itu
memiliki skala kegiatan yang terbatas.
C. KEBUDAYAAN
1.
Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan
secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul
“Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda.
Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang
semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat. Secara lebih jelas dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Kebudayaan adalah
segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
·
Kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda
ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
·
Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak
dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan
sebagainya.
b. Kebudayaan itu tidak
diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh
dengan cara belajar.
c. Kebudayaan diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat
kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin
manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya.
Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Unsur-Unsur Kebudayaan
Sebelum kita membahas mengenai unsur unsur kebudayaan,
marilah kita ketahui apa itu budaya. Pengertian Kebudayaan, yaitu kebudayaan
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan
juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Ada pula yang
mendefinisikan budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Untuk pengertian dari Universal, secara mudahnya pasti
kita mengartikan universal adalah umum. Sebagai contoh, konsep kemanusiaan
adalah konsep yang dipercaya berlaku universal, sebab konsep ini dipercaya
dimiliki oleh setiap manusia tanpa membedakan apakah manusia tersebut berkulit
hitam, berkulit putih, baragama Islam atau beragama Kristen, apakah ia orang
Tionghoa atau orang Amerika. Lawan kata dari universal bisa khusus, bisa pula
diskriminatif, dan sebagainya, tergantung pada konteks kalimat yang memuat kata
universal.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan setiap
masyarakat berbeda-beda. Namun, ada unsur-unsur pokok kebudayaan yang secara
umum dimiliki oleh setiap masyarakat. Unsur yang dimaksud sering disebut
unsur-unsur kebudayaan universal (cultural universals).
3. Unsur-Unsur Kebudayaan Universal
Beberapa ahli telah merumuskan unsur-unsur kebudayaan
pokok. Para ahli tersebut, di antaranya Melville J. Herskovits yang
menyampaikan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem
ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik.
Sementara itu Bronislaw Malinowski menyebut
unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut:
a. Sistem norma yang
memungkinkan kerja sama antar anggota masyarakat sebagai upaya menguasai alam sekitarnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat-alat dan lembaga atau
petugas pendidikan, termasuk keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama.
d. Organisasi kekuatan.
Adapun C. Kluckhohn dalam karyanya Universals Categories of Culture memaparkan ada
tujuh unsur kebudayaan yang dianggap cultural universals, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem kepercayaan (sistem
religi).
Setiap
masyarakat memiliki keyakinan terhadap hal-hal bersifat religi, bahkan pada
masyarakat atheis (tidak percaya adanya Tuhan) sekali pun.
b. Sistem pengetahuan.
Setiap
masyarakat mempunyai sistem pengetahuan yang mungkin berbeda-beda pada setiap masyarakatnya.
c. Peralatan dan perlengkapan
hidup manusia.
Setiap
masyarakat juga memiliki pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat-alat
produksi, senjata, dan sebagainya.
d. Mata pencaharian dan
sistem-sistem ekonomi.
Dalam
masyarakat selalu ada mata pencaharian atau sistem ekonomi, seperti pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.
e. Sistem kemasyarakatan.
Setiap
masyarakat biasanya memiliki kemasyarakatan, di antaranya, sistem kekerabatan,
organisasi politik, sistem hukum, dan sistem pekawinan.
f. Bahasa, baik lisan maupun
tulisan.
Masyarakat
mana yang tidak memiliki bahasa? Tentunya tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.
g. Kesenian, baik seni rupa, seni
suara, maupun seni lainnya.
Setiap
masyarakat mempunyai berbagai macam seni yang tentunya berbeda dengan
masyarakat lainnya.
4. Wujud Kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting
dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud
kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri dapat
dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua,
kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh
karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami.
Koentjaraningrat dalam karyanya kebudayaan. Mentaliter, dan pembangunan
menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :
a. Sebagai suatu kompeks dari
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Sebagai benda-benda hasil
karya manusia. (koentjaraningrat, 1974:15).
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya
abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia.
Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan member
jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau
culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu
mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat
konkrit sehingga bias diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu
seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit
berupa benda-benda yang bias diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud
kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu
dengan yang lainnya.
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki system nilai.
Menurut C. Kluckhohn (1961:38) dalam karyanya Variations in Value Orientation,
system nilai budaya dalam semua kebudayaan yang ada di dunia sebenarnya
berkisar pada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia, yaitu :
a. Hakikat dari hidup manusia
(manusia dan hidup, disingkat MH)
b. Hakikat dari karya manusia
(manusia dan karya, disingkat MK)
c. Hakikat kedudukan manusia
dalam ruang waktu (manusia dan waktu, disingkat MW)
d. Hakikat hubungan manusia
dengan sesamanya (manusia dan manusia, disingkat MM).
5.
Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki secara bersama
oleh warga suatu masyarakat. Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran
sehingga fungsional sebagai pedoman. keseluruhannya digunakan secara selektif
dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi.
penggunaan pengetahuan oleh orang perorangan atau kelompok orang tau
masyarakat, menggambarkan bahwa sejatinya pengetahuan dimaksud telah dipahami,
diserap dan diyakini berkat adanya suatu proses pendidikan panjang (dari kecil
sampai dewasa) dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi.
Terdapat banyak nilai
kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai
kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan
di dunia ini memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang
lainnya. Jika dilihat dari lima masalah dasar dalam hidup manusia,
orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.
Lima Masalah Dasar Dalam
Hidup yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia (kerangka Kluckhohn ) :
a.
Hakekat Hidup
b.
Hidup itu buruk
c.
Hidup itu baik
d.
Hidup bisa buruk dan baik,
tetapi manusia tetap harus bisa berikthtiar agar hidup bisa menjadi baik.
e.
Hidup adalah pasrah kepada
nasib yang telah ditentukan.
6.
Perubahan Kebudayaan
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan
dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur
kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya
bagi kehidupan.
Contoh:
Contoh:
Masuknya
mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian
tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller”
di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi
kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa
unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan
perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan
kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang
mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
a.
Mendorong perubahan kebudayaan.
·
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi (kebudayaan
material).
·
Adanya individu-individu yang mudah
menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
·
Adanya faktor adaptasi dengan
lingkungan alam yang mudah berubah.
b. Menghambat
perubahan kebudayaan
·
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang
memiliki potensi sukar berubah
seperti: adat istiadat dan keyakinan agama (kebudayaan non material)
Adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi tua yang kolot.
seperti: adat istiadat dan keyakinan agama (kebudayaan non material)
Adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi tua yang kolot.
·
Ada juga faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan:
1. Faktor
intern
a.
Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung
terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor
kehidupan, contoh: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi
persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
b.
Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan
kebudayaan dalam suatu masyarakat. contoh: konflik kepentingan antara kaum
pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya
pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan
bersama-sama para transmigran.
c.
Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi
perubahan contoh: bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan
dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus
beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi
proses asimilasi maupun akulturasi.
d.
Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya
pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi
atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat
mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya
adaptasi dengan lingkungan setempat.
2. Faktor
ekstern
a.
Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur
denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai
persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga
memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah
perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
b.
Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya
Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian
pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen
dan kolonialisme.
c.
Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan
perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk
pula unsur-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
D.
KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
1.
Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat
berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik,
dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk
yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan
sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin
mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya. Contoh:
Secara
sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu
tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak
baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat
kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan.
Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi
maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri
itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan
dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang
dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat
adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam
terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh
karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada
kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal
muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams
menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan
dengan lebih cermat.
2.
Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi
sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul
tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini
didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini
dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini
dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau
oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis
dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu
tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula,
kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya
kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata
Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis
berangkat dari pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena
menimbulkan oposisi yang tidak terselesaikan. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori
Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit
apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte.
Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia
itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut:
”Aku” mengiakan dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang
menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah
keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu
dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku
yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte.
Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis
maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte),
melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a)
mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan
dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan
pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak
lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam
dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini
lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar.
Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan
menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk
memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis
versus antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep
”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi”
(sintesis)[2]. Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan
”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau
ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk
bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan.
Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir.
Metode dialektika menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan
perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap
ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya (antitesis).
Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih tinggi dan
menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang
menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini
sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah Yang
Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul
setelah kita merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam
perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis
terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang
berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan
(aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur bertentangan namun
muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja
berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani hal-hal yang
khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat
realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang
bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total menjadi cara
kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki
tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk
tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah
konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas
pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep
abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada
Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hegel[4]. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan
oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus
akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di
dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
3.
3 Tahap Proses Dialektis
Proses
dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu:
a. Ekstemalisasi, yaitu proses
dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
b. Obyektivasi, yaitu proses
dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah
dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan
segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
c. Intemalisasi, yaitu proses
dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia
mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik,
sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Sumber :
http://kamelia11.wordpress.com/tag/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/
http://sman1glagah.com/pengertian-hakikat-manusia/
http://mayangarmyta.wordpress.com/2010/10/31/kepribadian-bangsa-timur/
http://anwarabdi.wordpress.com/2013/04/07/ibd-pengertian-kebudayaan/
http://caesarino194.blogspot.com/2013/05/unsur-unsur-budaya.html.
http://waridbudakmetal.wordpress.com/2012/09/29/wujud-kebudayaan-dan-unsur-unsurnya/.
http://dianulumia.blogspot.com/2011/05/orientasi-nilai-budaya.html.
http://beniazhari.blogspot.com/2010/12.
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayan.
http://kamelia11.wordpress.com/tag/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/
http://sman1glagah.com/pengertian-hakikat-manusia/
http://mayangarmyta.wordpress.com/2010/10/31/kepribadian-bangsa-timur/
http://anwarabdi.wordpress.com/2013/04/07/ibd-pengertian-kebudayaan/
http://caesarino194.blogspot.com/2013/05/unsur-unsur-budaya.html.
http://waridbudakmetal.wordpress.com/2012/09/29/wujud-kebudayaan-dan-unsur-unsurnya/.
http://dianulumia.blogspot.com/2011/05/orientasi-nilai-budaya.html.
http://beniazhari.blogspot.com/2010/12.
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayan.